Selasa, 22 November 2011

Fenomena-Fenomena Alam

         ILMU ALAMIAH DASAR

1.      Fenomena Corp Circle
Istilah Corp awalnya muncul dalam desain grafis. Corp atau Corpping digunakan untuk menggunting atau membuang sebagian gambar atau visual yang tidak diperlukan. Sebagai contoh, jika Anda hanya menginginkan gambar Anda saja yang diambil dari keseluruhan tampilan dalam satu frame foto, maka Anda harus meng-corp gambar yang lainnya, baik dengan mempergunakan teknologi komputer atau secara manual dengan mempergunakan gunting, cutter atau alat lainnya.
Kalau Circle bisa diterjemahkan sebagai bentuk yang melingkar, maka Corp Circle dapat disimpulkan sebuah perlakuan atau kegiatan membuang beberapa bagian bentuk yang tidak diperlukan dengan pola-pola atau patron melingkar. Kegiatan yang sama jika dilakukan di atas karton atau spoonhard biasa juga disebut cut out. Hasilnya dapat digunakan sebagai patron untuk sablon.
Belakangan istilah Crop Circle digunakan untuk menamai rubuhnya sebagian batang gandum, tebu dan padi pada hamparan luas yang hampir dipanen dengan arah berputar teratur seperti pusaran. Peristiwa rubuhnya itu diyakini sebagai upaya menghilangkan(cropping) bagian yang tidak diingini. Setelah dilihat dari kejauhan dan ketinggian tertentu maka terlihat patron atau pola dekoratif yang sangat artistik.
Macam-macam penyebab terjadinya Crop Circle antara lain :
Ø  Perbuatan Manusia
Menurut ilmuwan Anderro dari Inggris yang telah menyelidiki sekaligus meneliti fenomena tersebut selama 17 tahun lamanya, bahwa ada sekitar 80% lingkaran ladang gandum itu merupakan buatan manusia. Seorang warga Inggris pernah menuturkan kepada media massa, bahwa dia dan beberapa temannya adalah pembuat lingkaran ladang gandum di London, Inggris. Sebelumnya mereka telah mempersiapkan gambar desain, ketika gandum di ladang hampir matang, dengan sebuah paku panjang dipantakkan di ladang gandum, dan paku itu dijadikan sebagai pusatnya, selanjutnya, melingkari permukaan tanah dengan tali, lalu muncullah sebuah lingkaran ladang gandum.


Ø  Medan Magnet
Dalam medan magnet terdapat suatu daya gerak yang gaib, dapat menghasilkan suatu arus listrik, sehingga tanaman “berbaring datar” di atas permukaan tanah.
Ahli terkait asal AS yakni Jeffery Walson telah meneliti 130 lebih lingkaran ladang gandum, dan didapati bahwa 90 % disekitar lingkaran aneh tersebut terdapat transformator yang berhubungan dengan kabel tegangan tinggi. Di bawah panjang garis keliling sepanjang 270 meter tersebut terdapat sebuah kolam, oleh karena diairi, maka ion yang dikeluarkan tanah dari bagian dasar ladang gandum dapat menghasilkan elektrik negatif, sedangkan transformator yang dihubungkan dengan kabel tegangan tinggi menghasilkan elekrik positif. Setelah elektrik negatif dan positif bersentuhan dapat menghasilkan energi magnet listrik, selanjutnya merobohkan gandum lalu membentuk lingkaran aneh.
Ø  Angin Tornado
Menurut Fisikawan dari Universitas Michigan, AS yakni Dr.Delon Smith, bahwa perubahan musim panas tidak menentu, angin tornado adalah sebab utama yang menyebabkan lingkaran aneh itu. Melalui risetnya dia mendapati, bahwa sejumlah besar lingkaran aneh di ladang gandum yang muncul di sisi gunung atau daerah yang berjarak 60-70 km dari gunung, dimana tempat seperti ini adalah tempat yang mudah sekali membentuk angin tornado.
Ø  Buatan Makhluk Luar Angkasa atau Aliens
Banyak yang meyakini, bahwa sebagian besar lingkaran aneh di ladang gandum terbentuk dalam waktu satu malam, besar kemungkinan adalah hasil karya makhluk luar angkasa. Sejak 1990, fotografer Alexander mengatakan, dia melihat cahaya yang ganjil di ladang gandum, cahaya itu terbang kesana-kemari di antara kedua lingkaran aneh itu.
Ø  Heterodoxy(Pandangan Sumbang)
Sejumlah orang percaya, bahwa di balik lingkaran ladang gandum terdapat berbagai macam kekuatan gaib. Menurut dugaan ini, ada yang lantas menyebut lingkaran aneh itu sebagai “pemberitahuan bencana”, agar supaya menyebarkan pandangan sumbang yang menyimpang dari ajaran ortodoks.

                             

                Gambar diatas  merupakan gambar dari fenomena corp circle.

2.      Fenomena Air Terjun Mengeluarkan Darah
Inilah salah satu fenomena alam yang langka terjadi, bagaimana tidak dari sebuah sumber air yang mengalir pada sebuah air terjun bisa terdapat aliran darah yang mengalir terus menerus namun agak lambat. Hal ini terjadi di sebuah Gletser di Antartika tepatnya di lembah Mc Murdo wilayah kutub selatan. Pertama kali seorang geolog menemukan air terjun beku tahun 1911 dan mereka menemui hal aneh yang mereka kira adalah warna merah yang mengalir merupakan warna yang berasal dari ganggang merah, namun sifat sejatinya ternyata lebih dari yang mereka duga.
Kira-kira dua  juta tahun yang lalu Gletser Taylor terkurung dibawah aliran air yang mengandung kumpulan mikroba kuno, dan mereka terisolasi disana di bawah lapisan es yang sangat tebal secara alami, berkembang secara independen mikroba ini hidup tanpa cahaya, panas dan oksigen, dan disana mereka terperangkap pada suatu kondisi salinitas yang sangat tinggi dan kaya akan zat besi sehingga memberikan warna yang merah sama dengan zat besi dalam darah.
Dan Air terjun ini terjadi karena adanya sebuah celah dari gletser tersebut yang memungkinkan air subglacial tersebut keluar, membentuk air terjun tanpa mencemari ekosistem di dalamnya. Para ilmuwanpun akhirnya menduga dari kesimpulan tersebut bisa sangat mungkin terjadi juga di planet- planet lain seperti Mars dan Yupiter, Air terjun berdarah ini benar benar suatu fenomena alam yang ajaib baik secara visual maupun ilmiah.
                       
            Gambar diatas merupakan gambar dari fenomena air terjun mengeluarkan darah.

3.      The Great Blue Hole
The Great Blue Hole adalah lubang air besar di lepas pantai Belize. Itu terletak di dekat pusat Lighthouse Reef, sebuah kota  kecil 100 kilometer(62 mil) dari daratan dan Belize City. Lubang itu berbentuk bulat, lebih dari 300 meter(984 kaki) dan 125 meter(410 kaki) di dalam.
Selama jutaan tahun di Blue Hole adalah sebuah gua kering yang besar dan stalaktit dan stalagmit perlahan-lahan terbentuk. Ketika zaman es terakhir berakhir ribuan tahun yang lalu, permukaan air laut naik untuk menutupi gua. Ketika menyelam di Blue Hole, Anda berenang di bawah apa yang tersisa dari langit-langit tua untuk melihat sisa stalaktit dan stalagmit.
Sebuah gempa bumi besar akan menyebabkan langit-langit gua runtuh membentuk lubang pembuangan, dan pergolakan memiliki efek miring Lighthouse Reef  ke sudut sekitar 12 derajat. Sepanjang dinding gua ini adalah mantan overhang dan tepian, perumahan Pleistocene stalaktit, stalagmit, dan kolom.
Tidak ada oksigen di dekat bagian bawah, dan hidrogen sulfida mencegah penghuni bawah laut menggali dan mengganggu sedimen. Analisis pendahuluan core pendek berfluktuasi menunjukkan serbuk sari, spora, merkuri, dan tingkat arsen berkisar antara 15 dan 21 ppm(bagian per juta). Peristiwa-peristiwa lain dicatat dalam core pendek termasuk angin ribut atau badai besar lapisan. Badai lapisan berwarna terang dan indah. Air tidak beredar secara bebas di Blue Hole, sehingga hanya ada sedikit kehidupan laut di bawah kedalaman dangkal. Suhu pada kedalaman 130 kaki(40 meter) adalah sekitar 76 derajat F(24 C) sepanjang tahun.


            Gambar diatas merupakan gambar dari fenomena the great blue hole.

4.      Moon Bows(Pelangi Bulan)
Fenomena ini terjadi ketika bulan berada pada titik rendah, bulan memang benda langit yang tidak memiliki cahaya sendiri, bulan “meneruskan” cahaya dari matahari, bila pelangi siang hari terjadi karena pembiasan cahaya matahari maka pelangi yang terjadi malam hari disebabkan oleh pembiasan cahaya bulan. Beberapa tempat di dunia sering menampilkan moonbow, salah satunya adalah air terjun victoria di perbatasan zambia dan zimbabwe. Selain itu air terjun cumberland, dekat corbin, kentucky di amerika serikat juga sering dilaporkan terlihat moonbow disana.


            Gambar diatas merupakan gambar dari fenomena moon bows(pelangi bulan).

5.      Aurora Borealis
Aurora adalah fenomena pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh matahari(angin matahari) di bumi. Aurora terjadi di daerah di sekitar kutub selatan magnetiknya. Aurora yang terjadi di daerah sebelah utara dikenal dengan nama Aurora Borealis, yang dinamai bersempena Dewi Fajar Rom, Aurora, dan nama Yunani untuk angin utara, Boreas. Ini karena di Eropa, Aurora sering terlihat kemerah-merahan di ufuk utara seolah-olah matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora Borealis selalu terjadi diantara September-Oktober dan Maret-April. Fenomena Aurora di sebelah selatan yang dikenal dengan Aurora Australis mempunyai sifat-sifat yang serupa. Tapi kadang-kadang Aurora muncul di puncak gunung di iklim tropis.


            Gambar diatas merupakan gambar dari fenomena aurora borealis.
           





Kamis, 20 Oktober 2011

Pengertian Sedimentasi Dan Banjir


ILMU ALAMIAH DASAR

1.     Pengertian Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin.
Endapan sedimen (sedimentary deposit) adalah tubuh material padat yang terakumulasi di permukaan bumi atau di dekat permukaan bumi, pada kondisi tekanan dan temperatur yang rendah. Sedimen umumnya (namun tidak selalu) diendapkan dari fluida dimana material penyusun sedimen itu sebelumnya berada, baik sebagai larutan maupun sebagai suspensi. Definisi ini sebenarnya tidak dapat diterapkan untuk semua jenis batuan sedimen karena ada beberapa jenis endapan yang telah disepakati oleh para ahli sebagai endapan sedimen :
Ø  Diendapkan dari udara sebagai benda padat di bawah temperatur  yang relatif tinggimisalnya material fragmental yang dilepaskan dari gunung api.
Ø  Diendapkan di bawah tekanan yang relatif tinggi, misalnya endapan lantai laut dalam.
Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dan lainnya, dan pada akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan.  Sedangkan batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik maupun secara kimia dan organik.
Secara mekanik, terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan. Faktor-faktor yang penting antara lain :
Ø  Sumber material batuan sedimen. Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-material asalnya. Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan jarak transportasi, tergantung dari prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil.
Ø  Lingkungan pengendapan. Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga bagian yaitu: Lingkungan Pengendapan Darat, Transisi dan Laut. Ketiga lingkungan pengendapan ini, dimana batuan yang dibedakannya masing-masing mempunyai sifat dan ciri-ciri tertentu.
Ø  Pengangkutan (transportasi). Media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang memiliki peranan yang paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama transportasi berlangsung, terjadi perubahan terutama sifat fisik material-material sedimen seperti ukuran bentuk dan roundness. Dengan adanya pemilahan dan pengikisan terhadap butir-butir sedimen akan memberi berbagai macam bentuk dan sifat terhadap batuam sedimen.

2.      Pengertian Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi. Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya. Air banjir juga membawa lumpur berbau menutup segalanya setelah air surut. Banjir adalah hal yang rutin. Setiap tahun pasti datang. Banjir sebenarnya merupakan fenomena kejadian alam “biasa” yang sering terjadi dan dihadapi hampir di seluruh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Bencana banjir memiliki ciri-ciri diantaranya :
Ø  Banjir biasanya terjadi saat hujan deras yang turun terus menerus sepanjang hari.
Ø  Air menggenangi tempat-tempat tertentu dengan ketinggian tertentu.
Ø  Banjir dapat mengakibatkan hanyutnya rumah-rumah, tanaman, hewan, dan manusia.
Ø  Banjir mengikis permukaan tanah sehingga terjadi endapan tanah di tempat-tempat yang rendah.
Ø  Banjir dapat mendangkalkan sungai, kolam, atau danau.
Ø  Sesudah banjir, lingkungan menjadi kotor oleh endapan tanah dan sampah.
Ø  Banjir dapat menyebabkan korban jiwa, luka berat, luka ringan, atau hilangnya orang.
Ø  Banjir dapat menyebabkan kerugian yg besar baik secara moril maupun materil.



Jenis Banjir Berdasarkan sumber air yang menjadi penampung di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan banjir laut pasang.
Ø  Banjir Sungai, terjadi karena air sungai meluap.
Ø  Banjir Danau, terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol.
Ø  Banjir Laut Pasang, terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi.

  1. Penyebab Banjir
Ø  Curah hujan dalam jangka waktu panjang.
Ø  Erosi tanah menyisakan batuan, hingga tidak ada resapan air.
Ø  Buruknya penanganan sampah, hingga sumber saluran-saluran air tersumbat.
Ø  Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan atau tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada.
Ø  Bendungan  dan saluran air rusak.
Ø  Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
Ø  Pembabatan hutan secara liar (Illegal logging).
Ø  Di daerah  bebatuan,  daya  serap  air  sangat  kurang, mengakibatkan banjir.kiriman atau banjir bandang.
Ø  Ilegal Loging (Penebangan hutan liar).
Ø  Bertumpuknya sampah pada saluran air, sehingga terjadi penyumbatan pada saluran air.
Ø  Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan penanaman kembali pada daerah / hutan hutan yang baru di tebangi.
Ø  Tidak adanya lagi tanah resapan untuk digunakan air sebagai tempat baginya beristirahat dikala hujan turun. tidak ada lagi lahan hijau sebagai tempat resapan air tanah. akibatnya, ketika hujan tiba, tanah menjadi tergerus oleh air dan kemudian air terus meluncur tanpa adanya penghalang alami yang kemudian menyebabkan banjir.

  1. Dampak Banjir
Ø  Ancaman wabah penyakit pasca banjir menimbulkan    bakteri, virus, parasit dan bibit penyakit lainnya, termasuk juga unsur-unsur kimia berbahaya.
Ø  Penyakit diare masa pertumbuhan antara 1 - 7 hari.
Ø  Penyakit yang disebarkan oleh nyamuk atau serangga, seperti Demam Berdarah, Malaria, dan lain-lain.
Ø  Unsur-unsur kimia seperti   pestisida,  pupuk    kimia   dan   unsur-unsur dengan    bahan    dasar  minyak.
Ø  Rusaknya areal pemukiman penduduk, sulitnya mendapatkan air bersih, dan rusaknya sarana dan prasarana penduduk.
Ø  Rusaknya areal pertanian.
Ø  Timbulnya penyakit-penyakit.
Ø  Menghambat transportasi darat.

  1. Cara Mengatasi Banjir
Menyediakan sistem perparitan parit-parit yang telah cetek akibat daripada bahan-bahan kumuhan hendaklah sentiasa dibersihkan. Dengan ini air limpahan dan hujan dapat dialirkan dengan baik.
Projek Pendalaman Sungai Kebanyakan kejadian banjir berlaku karena kedangkalan sungai. Jika dahulu sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam suatu masa, kini pengaliran telah berkurang. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan. Langkah untuk menangani masalah ini ialah dengan menjalankan proses pendalaman sungai dengan mengorek semua lumpur dan kotoran yang terdapat di sungai. Apabila proses ini dilakukan, sungai bukan saja menjadi dalam tetapi mampu mengalirkan jumlah air hujan dengan banyak.
Memelihara hutan kegiatan pembalakan dimana penerokaan di kawasan pinggir sungai digemari menyebabkan tanah terkikis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga berlaku apabila aktiviti pembalakan yang giat dilakukan di lereng-
lereng bukit. Menyerap air hujan pada kadar 20%. Kemudian air hujan ini dibebaskan kembali ke atmosfer melalui sebuah peluapan. Hanya dengan ini
saja pengurangan air hujan dapat dilakukan.
Mengawal aktiviti manusia banjir kilat yang berlaku terutamanya di bandar disebabkan pembuangan samapah dan sisa industri ke sungai dan parit. Bagi menangani masalah ini, kesedaran kepada masyarakat perlu dilakukan supaya aktiviti negatif ini tidak terus dilakukan seperti mengadakan kampanye mencintai sungai dan sebagainya.
Badan-badan tertentu juga harus bertanggung jawab menjaga sungai senantiasa bersih dan tidak dijadikan tempat pembuangan sampah. Kejadian banjir merupakan malapetaka yang tidak dapat dielakkan terutamanya apabila mengakibatkan hujan lebat. Bagaimanapun usaha seharusnya dibuat untuk mengurangi akibat banjir. Manusia juga harus sentiasa berwaspada dengan kejadian ini.

  1. Daerah Yang Sering Terkena Banjir :
Wilayah Jakarta Pusat
Ø  Jati Pinggir
Ø  Petamburan
Ø  Tanah Abang
Ø  Kebon Kacang
Ø  Pejompangan
Wilayah Jakarta Utara
Ø  Kapuk Kamal
Ø  Kapuk Muara
Ø  Teluk Gong
Ø  Pluit
Ø  Pademangan Barat
Wilayah Jakarta Barat
Ø  Tagalaur
Ø  Cengkareng
Ø  Rawa Buaya
Ø  Kapuk Kedaung
Ø  Tomang
Wilayah Jakarta Timur
Ø  Pulo Gadung
Ø  Pulomas
Ø  Halim
Ø  Kampung Rambutan
Ø  Duren Sawit


  1. BANJIR TERBESAR DAN TERPARAH DI JAKARTA :
Banjir Jakarta 2007 adalah bencana banjir yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari 2007 malam hari. Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir.
Pantauan di 11 pos pengamatan hujan milik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menunjukkan, hujan yang terjadi pada Jumat, 2 Februari, malam lalu mencapai rata-rata 235 mm, bahkan tertinggi di stasiun pengamat Pondok Betung mencapai 340 mm. Hujan rata-rata di Jakarta yang mencapai 235 mm itu sebanding dengan periode ulang hujan 100 tahun dengan probabilitas kejadiannya 20 persen.
Banjir 2007 ini lebih luas dan lebih banyak memakan korban manusia dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002 dan 1996. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian material akibat matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah, diperkirakan 4,3 triliun rupiah. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007.






Banjir Tahun 1996, 2002, 2007
Banjir besar yang hampir melumpuhkan kota Jakarta seperti terjadi pada minggu pertama Februari 2007, yang merupakan ulangan kejadian pada bulan yang sama tahun 1996, dan 2002.
Di luar tahun tersebut, Jakarta tentu saja mengalami banjir tetapi dengan skala, dampak, dan eskalasi kerugian jauh lebih kecil. Kecuali, tentu saja, banjir pekan lalu. Menarik mencermati adanya kecenderungan periode 5-6 tahun pada peristiwa banjir besar Jakarta (1996, 2002, 2007). Apabila diamati, terdapat kesamaan pola pada hadirnya cold surge, yaitu massa udara dingin yang terbawa oleh sirkulasi angin utara-selatan (meredional) akibat gangguan tekanan tinggi (high pressure disturbance) di daerah Siberia, melewati ekuator di Selat Karimata, dan mencapai laut dan pesisir utara Jawa dengan kecepatan yang konsisten, lebih dari 10 meter/detik (m/det) dan berlangsung selama 12-24 hari.
Selain faktor hadirnya cold surge, banjir Jakarta 1996, 2002, dan 2007 memiliki korelasi dengan gangguan atmosfer dalam bentuk osilasi gelombang Maden-Julian Oscillation (MJO) yang memiliki periode 30-50 hari dan kondisi iklim regional El Nino/La Nina Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) dari Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Banjir Februari 1996 terjadi pada saat kondisi iklim regional mengalami La Nina lemah bersamaan dengan datangnya fase aktif MJO. Banjir Februari 2002 terjadi pada saat kondisi iklim regional normal dan juga fase aktif MJO. Banjir Februari 2007 terjadi saat kondisi iklim regional El Nino di Samudra Pasifik dan IOD di Samudra Hindia baru saja meluruh, tetapi MJO pada fase tidak aktif.
MJO menjadi faktor dominan kedua selain cold surge yang menyebabkan banjir Jakarta 1996 dan 2002.Fenomena MJO terkait langsung dengan pembentukan kolam panas di Samudra Hindia bagian timur dan Samudra Pasifik di bagian barat sehingga pergerakan MJO ke arah timur bersama angin baratan (westerly wind) sepanjang ekuator selalu diikuti dengan konveksi awan kumulus tebal. Awan konvektif ini menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi sepanjang penjalarannya yang menempuh jarak 100 kilometer dalam sehari di Samudra Hindia dan 500 kilometer per hari ketika berada di Indonesia.
Selain meningkatkan curah hujan, terutama ketika kondisi iklim regional mengalami La Nina seperti saat ini, MJO juga menyebabkan munculnya siklon tropis dan gangguan instabilitas atmosfer, seperti depresi atau tekanan rendah (Malonet dan Hartmann, 2001). Hal ini dapat dilihat pada akhir Desember 2007, ketika MJO dalam fase matang. Intensitas curah hujan tinggi dan dalam waktu cukup lama (torrential rains) terjadi di laut dan pantai utara Jawa menyebabkan wilayah Jawa Tengah mengalami longsor akibat hujan deras yang terus-terusan mengguyur yang menimbulkan korban jiwa dan menyebabkan instabilitas atmosfer di perairan selatan Bali (Kompas,26 Desember 2007).
Selain itu, siklon tropis Melanie terbentuk di perairan barat laut Australia pada 30 Desember 2007 dan beberapa hari kemudian siklon tropis Helen muncul di perairan utara Australia (sekitar Darwin) pada 4 Januari 2008. Wilayah Jakarta beruntung terhindar dari curah hujan dengan intensitas tinggi saat berlangsungnya fase matang MJO tersebut. Instabilitas atmosfer hanya terjadi di perairan selatan Jawa dalam bentuk depresi (tekanan rendah) pada 1 Januari 2008 akibat pergerakan siklon tropis Melanie. Kondisi tak kondusif terjadinya banjir besar di Jakarta disebabkan tak hadirnya faktor cold surge saat itu. Menarik saat mencermati banjir Jakarta Februari 2007 yang terjadi saat MJO tidak aktif. Kondisi iklim regional IOD yang meluruh di Samudra Hindia bagian timur dianalisis sebagai faktor kondusif meningkatnya intensitas curah hujan harian secara lokal di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Cold surge yang membawa uap air hangat dari Laut China Selatan dan Selat Karimata mencapai wilayah Jakarta menyebabkan konvergensi angin (datang dari arah barat daya) bertekanan rendah di permukaan (0-3 km) yang secara intensif dan berlangsung cukup lama sejak akhir Januari sampai minggu pertama Februari 2007. Sebaliknya di lapisan menengah (lebih dari 3 kilometer) berembus angin tenggara yang berlawanan dengan arah angin di lapisan bawahnya dan membawa massa udara kering akibat proses depresi di Samudra Hindia bagian timur pada saat meluruhnya IOD. Kondisi itu menyebabkan gaya gesekan angin secara menegak (wind vertical shear) yang besar di permukaan dan menjadi kondisi sangat kondusif untuk intensifikasi pembentukan awan kumulus dalam waktu lama dan berulang dalam sehari (Rotunno dkk,1988).
Kondisi ini dapat dilihat saat cold surge hadir dalam waktu cukup lama (12 hari) pada kasus banjir Jakarta 2007 dan meningkatkan durasi curah hujan harian di wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan pola hujan yang terjadi sepanjang malam (pukul.20.00-22.00) selama 4-5 jam, berhenti sebentar pada dini hari, dan hujan lagi pada pagi hari (Pk.08.00-10.00) selama 3-4 jam. Bahkan pada kondisi cold surge memiliki kecepatan maksimum (15 m/det) yang terjadi pada 31 Januari hingga 1 Februari 2007, hujan pada malam hari terus berlangsung sampai pagi, 8-9 jam.
Dari uraian di atas tampak paling tidak ada 3 faktor dominan yang menyebabkan banjir Jakarta 1996, 2002, dan 2007, yaitu kehadiran cold surge dengan kecepan angin dari arah barat daya lebih besar 10 m/det dan berlangsung dalam waktu cukup lama (12-24 harian); fase aktif osilasi gelombang MJO dalam periode 30-50 harian; dan kondisi lokal adanya massa udara kering pada lapisan menengah (lebih dari 3 km) yang menyebabkan meningkatnya instabilitas angin secara menegak dan pada gilirannya menjadi kondisi kondusif pembentukan awan kumulus melalui proses konveksi pada saat cold surge berada di lapisan permukaan (0-3 km).



  1. Faktor-faktor Banjir (faktor alam)


            Badai  juga dapat menyebabkan banjir melalui beberapa cara, di antaranya melalui ombak besar yang tingginya bisa mencapai 8 meter. Selain itu badai juga adanya presipitasi yang dikaitkan dengan peristiwa badai. Mata badai mempunyai tekanan yang sangat rendah, jadi ketinggian laut dapat naik beberapa meter pada mata guntur. Banjir pesisir seperti ini sering terjadi di Bangladesh.
Gempa bumi dasar laut maupun letusan pulau gunung berapi yang membentuk kawah (seperti Thera atau Krakatau) dapat memicu terjadinya gelombang besar yang disebut tsunami yang menyebabkan banjir pada daerah pesisir pantai. (Sumber : www.google.com)