Minggu, 23 Maret 2014

Review Jurnal Analisis Laporan Keuangan



ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

  KEMAMPUAN RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UNTUK MEMPREDIKSI PERINGKAT OBLIGASI (PT PEFINDO)



Gunadarma 1
 










Disusun Oleh :

Nama : Anggun Endraswati
NPM : 40211905
Kelas : 3DA03










A.    Latar Belakang
Salah satu bentuk pendanaan yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan untuk membiayai investasinya adalah dengan menerbitkan obligasi. Obligasi selain digunakan sebagai sarana melakukan ekspansi juga dapat digunakan sebagai sarana dalam memperkuat permodalan bagi perusahaan. Obligasi adalah surat berharga dalam bentuk sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Obligasi bagi investor merupakan media investasi alternatif diluar deposito bank, sedangkan bagi emiten obligasi ini merupakan media sumber dana diluar kredit perbankan. Pemodal dan investor yang berminat membeli obligasi harus memperhatikan beberapa hal, salah satunya adalah peringkat obligasi.
Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala tersebut menunjukkan tingkat keamanan suatu obligasi bagi investor. Keamanan ini ditunjukkan oleh kemampuan emiten (sebagai penerbit obligasi) dalam membayar bunga dan pelunasan pokok obligasi pada akhir masa jatuh temponya. Peringkat obligasi sangat penting karena mampu memberikan pernyataan informatif dan memberikan signal tentang probabilitas kegagalan utang suatu perusahaan (Altman and Nammacher dalam Ketz and Maher, 1990). Selain itu dengan adanya pemeringkatan obligasi oleh agen pemeringkat maka investor dapat memperhitungkan return yang akan diperoleh dan risiko yang ditanggung. Secara umum obligasi dibagi dalam dua peringkat yaitu investment grade (AAA, AA, A, BBB) dan noninvestment grade (BB, B, CCC, dan D).
Investor dapat memanfaatkan jasa agen pemeringkat obligasi untuk mengetahui informasi mengenai peringkat obligasi yang beredar. Agen pemeringkat obligasi merupakan lembaga independen yang memberikan jasa penilaian dan informasi mengenai peringkat obligasi. Di Indonesia terdapat dua agen pemeringkat sekuritas utang yaitu PT PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT Kasnic Credit Rating Indonesia (Rahardjo, 2003).
Sejumlah penelitian yang meneliti prediksi peringkat obligasi berhasil dikumpulkan, namun penelitian serupa dengan mengambil kondisi pasar modal Indonesia sulit ditemukan. Pemilihan variabel yang diduga dapat mempengaruhi peringkat obligasi mengacu pada beberapa model penelitian terdahulu. Beberapa penelitian tersebut menggunakan faktor akuntansi yaitu rasio keuangan diantaranya: Horrigan (1966); Pinches & Mingo (1973; 1975); Kaplan & Urwitz (1979); Chan & Jagadeesh (2003); Nurhasanah (2003) dan Kesumawati (2003). Hasil prediksi peringkat obligasi dengan menggunakan rasio keuangan ditemukan berbeda-beda.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka permasalahan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah pertama, apakah ada perbedaan kinerja keuangan berupa rasio keuangan antara perusahaan yang obligasinya masuk investment grade (AAA, AA, A dan BBB) dengan perusahaan yang obligasinya masuk noninvestment grade (BB, B, CCC, dan D). Kedua, apakah variabel rasio-rasio keuangan dapat membentuk model dan dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi.

H1 : Terdapat rasio keuangan (leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas
Dan produktivitas) yang membedakan secara signifikan antara perusahaan yang termasuk dalam investment grade dan non-investment grade.
H2 : Seperangkat rasio keuangan (leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas
        Dan produktivitas) mempunyai kemampuan membentuk model untuk
        memprediksi peringkat obligasi.

C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali variabel-variabel (rasio keuangan) manakah yang mempunyai kemampuan dan yang signifikan dalam membentuk model untuk memprediksi peringkat obligasi di Indonesia. Selain itu penelitian ini juga menguji perbedaan model statistik untuk memprediksi peringkat obligasi. Peneliti akan menguji apakah dengan menggunakan dua teknik analisis yang berbeda (analisis diskriminan dan regresi logistik) akan memperoleh hasil yang sama ataukah berbeda.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi praktisi dan akademisi. Bagi praktisi, bila bukti empiris yang dihasilkan dari model prediksi yang diajukan oleh peneliti adalah baik, maka dapat digunakan oleh perusahaan dan investor untuk memverifikasi peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen PEFINDO. Bagi agen pemeringkat obligasi, dalam hal ini khususnya agen PEFINDO sebagai pembanding dan pertimbangan dalam memprediksi peringkat obligasi. Sementara itu bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan model prediksi peringkat obligasi di masa yang akan datang, khususnya mengenai kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi peringkat obligasi perusahaan di Indonesia. Peringkat obligasi perusahaan diharapkan dapat memberikan petunjuk bagi investor tentang kualitas investasi obligasi yang mereka minati.
Agen PEFINDO akan mempublikasikan peringkat obligasi perusahaan dan investor dapat dengan mudah memperoleh informasi tersebut secara bebas. Simbol pemeringkatan yang digunakan oleh agen PEFINDO serupa dengan yang digunakan oleh Standard and Poor’s.

D.    Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan populasi semua perusahaan manufaktur yang menerbitkan obligasi. Perusahaan manufaktur tersebut terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) serta terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PEFINDO. Periode yang dijadikan amatan adalah data periode tahun 1999-2004.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari database laporan keuangan yang tersedia di PPA (Pusat Pengembangan Akuntansi) UGM, Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan database peringkat obligasi perusahaan yang dikeluarkan oleh PEFINDO (www.pefindo.com). Data yang digunakan berupa rasio keuangan dari neraca, laporan rugi laba dan laporan kas.
Sampel dipilih dari populasi perusahaan yang obligasinya terdaftar di agen PEFINDO dan di perdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Sampel dipilih dengan menggunakan metode penyampelan bersasaran (purposive sampling) sehingga diperoleh sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Data sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 160 observasi peringkat obligasi yang dihasilkan dari 38 penerbitan obligasi. Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.      Semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Busrsa Efek Jakarta (BEJ) dan
terdaftar dalam peringka obligasi yang dikeluarkan oleh PEFINDO dalam periode 1999-2004.
2.      Perusahaan tersebut menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan tahunan
secara lengkap dan terdapat item obligasi dalam laporan keuangan tersebut.



Ø  Variabel Dependen
Variabel dependen yang hendak diuji berupa peringkat obligasi yang secara umum terbagi menjadi dua peringkat yaitu investment grade (AAA, AA, A, BBB) dan non-investment grade (BB, B, CCC, dan D). Variabel ini mengukur tingkat peringkat obligasi perusahaan dengan memberi nilai pada masing-masing peringkat dengan mengacu pada penelitian terdahulu serta disesuaikan dengan kategori peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PEFINDO.

Ø  Variabel Independen
Variabel independen yang hendak diuji dalam penelitian ini adalah rasio keuangan yang pernah diuji oleh beberapa peneliti terdahulu dan disesuaikan dengan data yang tersedia, yaitu berupa laporan keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipublikasikan. Penelitian ini menggunakan beberapa rasio sebagai proksi dari leverage, likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan produktifitas perusahaan.
Rasio leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rendahnya nilai rasio leverage dapat diartikan bahwa hanya sebagian kecil aktiva didanai dengan hutang dan semakin kecil risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah leverage perusahaan maka semakin baik peringkat perusahaan tersebut (Burton, Adam & Hardwick, 1998).
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban terhadap utang jangka pendek. Penelitian Carson & Scott (1997) dan Bouzoita & Young (1998) dalam Burton, Adam & Hardwick (1998) menemukan hubungan antara likuiditas dengan peringkat utang. Semakin tinggi likuiditas maka semakin baik peringkat perusahaan tersebut.
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban baik jangka panjang maupun jangka pendek yang jatuh tempo. Dalam penelitiannya Horrigan (1966) menemukan bahwa rasio solvabilitas cenderung signifikan berpengaruh positif dengan peringkat obligasi. Semakin kecil angka rasio ini maka semakin kecil fleksibilitas keuangan perusahaan dan semakin besar kemungkinan perusahaan menghadapi masalah keuangan di masa yang akan datang. Semakin tinggi solvabilitas perusahaan maka semakin baik peringkat perusahaan tersebut.
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun laba bagi modal sendiri. Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan. Menurut Brotman (1989) dan Bouzoita &Young (1998) dalam Burton, Adam & Hardwick (1998) semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar (default) dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan tersebut.
Rasio produktivitas ini mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber-sumber dana yang dimiliki perusahaan. Rasio ini secara signifikan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi (Horrigan, 1966). Semakin tinggi produktivitas perusahaan maka semakin baik pula peringkat yang diberikan pada perusahaan tersebut.

E.     Hasil
Hipotesis pertama akan diuji dengan menggunakan alat statistik berupa uji Independent Sample Test bila data yang digunakan mempunyai distribusi normal. Apabila data yang digunakan mempunyai distribusi yang tidak normal maka alat uji yang akan digunakan adalah Mann Withney Test. Untuk menentukan alat uji yang akan digunakan, maka data yang digunakan dalam penelitian terlebih dahulu diuji normalitasnya dengan One Sample Kolmogrov Smirnov Test. Uji Normalitas dilakukan terhadap semua variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai nilai Asymp. Sig (2-tailed) dibawah 0,05 (probabilitas < 0,05) yang berarti bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai distribusi yang tidak normal.
Hasil dari uji normalitas dengan menggunakan uji One Sample Kolmogrov Smirnov Test dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan pengujian hipotesis pertama. Hipotesis pertama (H1) diuji dengan alat uji Mann Whitney Test karena datanya memiliki distribusi yang tidak normal.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai asymp. Sig (2-tailed). Jika nilai asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 atau probabilitasnya > 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan, sedangkan apabila nilai asymp. Sig (2-tailed) < 0,05 atau probabilitasnya < 0,05 berarti terdapat perbedaan.
Rasio leverage yang terdiri dari 2 rasio, semuanya menunjukkan asymp. Sig (2-tailed) < 0,05. Hasil yang signifikan dari rasio LEVTLE konsisten dengan penelitian Kaplan & Urwitz (1979), sedangkan rasio LEVLTLTA konsisten dengan penelitian Pinches and Mingo (1973), Chan and Jagadeesh (1999) dan Sari (2004).
Rasio likuiditas yang terdiri dari 6 rasio, semuanya menunjukkan asymp. Sig (2-tailed) < 0,05. Hasil yang signifikan dari rasio LIKCACL dan LIKCAICL konsisten dengan penelitian Chan and Jagadeesh (1999). Sedangkan rasio LIKCLWC dan LIKWCTA konsisten dengan penelitian Nurhasanah (2003).
Rasio solvabilitas yang diproksikan dengan 5 rasio, terdapat 1 rasio yang tidak signifikan yaitu rasio NWLTL konsisten dengan penelitian Nurhasanah (2003) tetapi berbeda hasil dengan penelitian Horrigan (1966). Signifikannya rasio membentuk suatu model prediksi dan mempunyai kemampuan dalam memprediksi kedua kelompok peringkat obligasi.
Variabel independen yang dimasukkan dalam analisis diskriminan ini sebanyak 22 variabel. Dari hasil pengujian diperoleh 9 variabel independen yang signifikan dalam membedakan kategori peringkat obligasi. Sembilan variabel tersebut adalah LEVTLE, LIKCLWC, LIKWCTA, SOLNWLTLFA, SOLNWTL, PRFOIS, PRFCFOTS, PRODSTA dan PRODCFOTA.
Hasil uji Mann Whitney menunjukkan dari 22 rasio keuangan terdapat 20 rasio keuangan yang berbeda secara signifikan antara perusahaan yang obligasinya masuk kategori investment grade dan non-investment grade. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat nilai asymp. Sig (2-tailed) lebih kecil dari 0,05. Sedangkan 2 rasio keuangan lainnya tidak dapat membedakan kedua kategori karena nilai asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05. Kadua rasio keuangan tersebut adalah net worth to long term liability (NWLTL) dengan nilai asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,117 dan cash flow from operating to total sales (CFOTS) dengan nilai asymp. Sig (2- tailed) sebesar 0,143. Dengan melihat hasil pengujian secara keseluruhan maka dapat disimpulkan hipotesis pertama (H1) diterima.
Hasil analisis MDA dengan dua kategori yang diperoleh menunjukkan tingkat validasi sebesar 96,9 %. Dengan demikian fungsi diskriminan yang terbentuk memiliki ketepatan prediksi yang tinggi terhadap peringkat obligasi suatu perusahaan. Berdasarkan uji MDA maka hipotesis kedua (H2) diterima karena rasio keuangan terbukti mempunyai kemampuan untuk memprediksi peringkat obligasi suatu perusahaan.

F.     Kesimpulan
Penelitian ini menguji apakah rasio keuangan mempunyai kemampuan untuk memprediksi peringkat obligasi dan apakah terdapat rasio keuangan (leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan produktivitas) yang berbeda antara perusahaan yang peringkat obligasinya masuk investment grade dan noninvestment grade. Dengan menggunakan 160 observasi yang dihasilkan dari 38 sampel penerbitan obligasi perusahaan manufaktur periode 1999-2004, maka penelitian ini berhasil memberikan tambahan bukti empiris :
1.      Sebanyak 22 rasio keuangan yang diuji, diperoleh 20 rasio keuangan yang berbeda
secara signifikan antara perusahaan yang peringkat obligasinya masuk investment grade dan non-investment grade, sedangkan
2.       rasio keuangan tidak signifikan. Dengan melihat hasil tersebut maka hipotesis pertama (H1) diterima. 2. Hasil pengujian dengan diskriminan analisis menghasilkan rasio yang signifikan yaitu sejumlah sembilan variabel (LEVTLE, LIKCLWC, LIKWCTA, SOLNWLTLFA SOLNWTL, PRFOIS, PRFCFOTS PRODSTA dan PRODCFOTA) dengan tingkat kebenaran overall percentage yang tinggi yaitu sebesar 96,9 %. Maka hipotesis kedua (H2) diterima karena rasio keuangan terbukti mempunyai kemampuan untuk memprediksi peringkat obligasi suatu perusahaan.

Referensi :
Maylia Pramono Sari, Vol. 14, No.2, September 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar